daunlontarku

Tuesday, November 17, 2009

Bakmi Goreng Surabaya

aku kelaparan di tengah malam ini...

di tengah kerinduanku akan lezatnya kuliner Indonesia, kucoba mengolah bahan yang terisisa di lemariku untuk bisa dijadikan pengganjal perut yang cukup lezat.

Ada rebusan spagetti di dalam panci. Ku ingat pula masih ada setengah bungkus bumbu nasi goreng di lemari es. Pikiranku langsung tertuju pada bakmi goreng. Kutumis bawang putih, bawang merah, setengah bungkus bumbu nasi goreng yang masih tersisa dari lemari es, kumasukkan ayam suir sisa tadi pagi, kecap manis, kecap asin, saos tomat, dan beberapa bumbu-bumbu lain yang ada di lemari bumbu di dapur kami.

10 menit kemudian matanglah bakmi "spagetti" goreng Surabaya itu. Rasanya enak, tapi tidak seenak bakmi goreng gerobak di samping Hotel Haris di Bilangan Jakarta Selatan itu. Sejenak aku jadi mulai berpikir, Apakah si penjual bakmi goreng tidak bosan harus senantiasa memasak menu yang sama dari jam 5 sore hingga jam 12 malam setiap harinya? Apakah dia tidak iri melihat begitu banyak kaum eksekutif muda yang lalu lalang di depan mereka? Apakah kemudian mereka pemalas, hingga tak bisa meraih "kesuksesan" yang berlalu lalang di hadapan mereka setiap harinya?

Dengan jelas dapat kuketahui bahwa mereka bukan pemalas, tidak mungkin seorang pemalas bersedia bekerja keras setiap hari walau ia tahu jelas ia tidak akan pernah kaya dengan hanya menjual bakmi goreng setiap harinya. Ada beberapa cerita sukses tentang pedagang kaki lima yang kemudian menjadi pedagang besar karena keuletan dan keberuntungan yang mereka miliki, namun lebih banyak pedagang kaki lima yang menjalani hari-harinya hanya untuk bertahan hidup_mencukupi kebutuhan keluarga, biar dapur tetap ngepul.

Aku kembali berpikir, begitu banyak keluhan yang telah kukeluarkan dengan mencicipi seujung kuku kesulitan mereka di negeri ini. Hanya seujung kuku, karena ku tahu kesulitan ini akan segera berakhir. Begitu selesai pendidikan ini, setidaknya aku punya peluang yang cukup besar untuk meraih "kesuksesan" yang mungkin dipikirkan oleh kebanyakan orang (walaupun belum tentu pula itu yang aku cari).

Sejenak nafsu makanku berkurang, satu panci bakmi goreng yang tadinya telah siap kuhabiskan masih tersisa setengah di atas kompor.

Aku terdiam

seraya berkata, "kamu tidak berhak mengeluh."

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home