daunlontarku

Wednesday, June 16, 2010

Optimalisasi Perpustakaan sebagai Media Pembelajaran


“Buku adalah Gudang Ilmu”. Peribahasa ini tentu sangat tidak asing di telinga kita. Namun sungguh sangat disayangkan bahwa budaya membaca buku belum begitu mendarah daging di kebudayaan bangsa Indonesia. Membaca masih merupakan suatu hal yang cukup eksklusif bagi bangsa Indonesia, padahal seharusnya membaca adalah salah satu kebutuhan hidup agar dapat lebih berkontribusi bagi peradaban.

Agar dapat menjadi media pembelajaran yang baik, buku haruslah tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang cukup disertai dengan kemudahan akses untuk membacanya. Sebuah peradaban yang maju hanya dapat dibentuk apabila masyarakatnya berpengetahuan luas agar setiap manusia mempunyai dasar pemikiran yang cukup kuat yang dipilihnya sehingga dapat secara sadar menjalani kehidupan dan perkembangan permasalahan di sekitarnya.

Kemajuan peradaban ditandai dengan kebebasan rakyat untuk berpendapat dan melakukan tindakan sesuai dengan hasil asimilasi pemikirannya dalam suatu tatanan hukum dan norma yang berlaku . Kemajuan peradaban ini juga memungkinkan pembaharuan-pembaharuan tatanan hukum dan norma yang berlaku tersebut sesuai dengan ide dan pemikiran masyarakat yang berkontribusi langsung pada peradaban tersebut.

Seperti layaknya sebuah bangunan, kekokohannya akan sangat ditentukan oleh kokohnya pondasi bangunan itu sendiri. Demikian pula halnya dengan pendidikan, keberlanjutan kualitas proses pendidikan sangat ditentukan oleh sekitar sekitar tujuh tahun awal pendidikan dasarnya. Dalam hal ini sekolah dasar memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas hasil proses pendidikan. Untuk menghasilkan generasi penerus yang berkualitas demi kemajuan peradaban bangsa ini, adalah sangat penting untuk meningkatkan minat baca anak-anak sejak usia sekolah dasar.

Beranjak dari keluhan keluhan beberapa guru sekolah dasar mengenai fungsi perpustakaan yang sangat jarang dimanfaatkan oleh anak didik, saya menuliskan beberapa usulan untuk mengoptimalisasi fungsi perpustakaan.

1. Memasukkan materi belajar di perpustakaan dalam kurikulum pembelajaran

Belajar di perpustakaan dapat dijadikan salah satu cara untuk memperkenalkan buku kepada anak-anak. Belajar di perpustakaan tidak perlu menghabiskan waktu yang lama (berjam-jam pelajaran). Cukup satu jam pelajaran (45 menit) saja, namun harus diiringi dengan tugas sesuai dengan tingkat (kelas ) anak didik. Sebagai contoh untuk siswa kelas 3 SD setelah belajar di perpustakaan diharuskan menyelesaikan tugas mengisi beberapa kelengkapan tentang buku yang mereka baca, meliputi:

Judul buku :

Pengarang buku :

Tahun buku diterbitkan :

Nama penerbit :

Jumlah halaman yang dibaca :

Cerita singkat tentang buku yang dibaca :

Daftar isian di atas hanyalah merupakan sebuah contoh tugas yang dapat diberikan oleh seorang guru terhadap siswanya setelah menembuh 45 menit pembelajaran di perpustakaan. Di kemudian hari diharapkan guru yang lebih mengetahui karakteristik anak didik lebih dapat mengembangkan tugas-tugas yang relevan dengan kondisi aktual anak didik.

2. Mempergunakan buku-buku yang ada di perpustakaan sebagai sumber pembelajaran siswa

Seorang guru dapat saja memberikan tugas kepada para siswa untuk dapat aktif mempergunakan beberapa buku sumber yang terdapat di perpustakan. Sebagai contoh siswa kelas 6 SD dipersilahkan memilih buku apapun yang mereka sukai untuk kemudian memberikan komentar apa saja mengenai buku telah mereka pilih itu. Komentar dapat berupa persetujuan, ketidaksetujuan, dll.

3. Membuat sayembara penulisan resensi buku pada masa menjelang pembagian raport (setelah selesai ulangan umum).

Kompetisi ini diharapkan dapat memancing minat siswa untuk membaca dan berkiprah sebaik-baiknya dalam perlombaan yang sebaiknya diikuti oleh sebanyak-banyaknya siswa yang terdapat di sekolah dasar.


Hampir semua orang setuju akan begitu besarnya peran buku di dalam memajukan suatu peradaban. Kaum perempuan Indonesia mungkin tidak akan mendapatkan akses pendidikan yang cukup luas apabila perempuan-perempuan pendahulu yang telah merintis keluasan akses pendidikan tidak mendapatkan pencerahan dari buku-buku yang telah dibacanya.

Beberapa contoh teknis yang telah disebutnya di atas memang mungkin masih sangat membutuhkan kajian lanjut dari praktisi pendidikan yang mengetahui seluk beluk pendidikan yang mendetail. Namun demikian, kepentingan untuk meningkatkan minat baca di kalangan penerus bangsa ini adalah sangat penting dan harus segera sangat digalakkan di masyarakat. Adalah program perpustakaan yang mengintegrasikan diri di dalam pusat perbelanjaan yang belakangan digiatkan oleh menteri pendidikan Muhammad Nuh. Program ini adalah suatu terobosan yang cukup baik dalam meningkatkan minat baca masyarakat, namun hendaknya akses untuk mendapatkan buku diperluas tidak hanya pada masyarakat kelas menengah ke atas yang mampu mendapatkan kesempatan mengunjungi pusat-pusat perbelanjaan.

Bangsa Indonesia yang besar ini menuntuk keluasan hati pemerintah dan pembantu-pembantunya untuk membuka peluang golongan mengengah ke bawah untuk mendapatkan akses buku yang berkualitas baik. Perpustakaan perlu ditingkatkan pengawasannya agar lebih memberikan daya guna lebih bagi kemajuan peradaban negeri ini.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home